Beberapa waktulalu Chris Anderson, pemimpin redaksi majalah Wired terpilih masuk dalam daftarTime 100, sebagai orang berpengaruh diawal abad 21. Chris Anderson Adalah orangyang pertama-tama menggugat teori ekonomi dengan fakta-fakta baru, bahwa digitalekonomi manjanjikan sebuah revolusi. Revolusi itu didasari fakta bahwa marginalcost (tambahan biaya) terhadap manufacturing dan distribusi dalamdunia digital dewasa ini adalah nol atau mendekati nol (Anderson, 2010).
Saya jaditeringat dengan hukum Moore yang pada 1960-an mangatakan, setiap delapan belasbulan (faktanya sekarang lebih cepat lagi), harga transistor baru turun tinggalseparuhnya. Kalau ini terus terjadi, maka temuan-temaun selanjutnya harganyaakan semakin mendekati US$1, lalu 50₵ demikianseterusnya mendekati nol. Namun seperti hukum fisika, semakin mendekati tembok,manusia semakin takut mendekat. Semakin terbelah sebuah atom, kekuatan besarnyasemakin sulit ditembus. Sehingga ketimbang sama sekali free, yangterjadi adalah “almost free” (mendekati gratis),
Namun chris menunjukan praktik-praktik didunia digital mampu membuat struktur biaya rendah atau mendekati rendah danorang menjual apa yang dihasilkannya “almost free” (hampir digratiskan).Iya mengenalkan konsep freemium yang berarti harganya free namunmenerapkan tarif premium pada layanan-layanan kusus lainya (special atauadvanced feature). Di Indonesia, freemium juga diartikan hargasuper murah pada barang atau layanan yang berkualitas premium. Sehinggaberlakulah 1% rule, yang artinya jika seorang saja membayar versipremium, 99% lainya mendapatkan produk basic-nya secara Cuma-Cuma (free).
Dengan memberikan segala sesuatu freeof charge, para pelaku ekonomi baru itu mendapatkan audience dan audienceitulah sumber pendapatan. Seperti perinsip bekerja pada media masa, “mereka tidak menjual Koranatau majalah. Melainkan menjual pembaca kepada pengiklan” (Anderson 2010). Makaanda saksikan Yahoo, Google, Wikipedia, dan sebagainyaberamai-ramai memberikan pelayanan free of charge kepada kita untukmengunduh data, melakukan pencarian informasi bahkan untuk memakai fasilitasemail-nya (disk drive space).
Yahoo, Google, dan Amazon memberikan gratis untukmereka yang mau beriklan di web mereka dan hanya mengenakan (pay) per pageview, per click text, atau pay per transaction. Jadi promosimenjadi gratis, dan hanya baru dibayar bila terjadi transaksi atau keterlibatan(seperti brand awareness) didapat. Dalam dunia musik sudah kita saksikankebiasaan artis-artis baru yang menentang penuntutan hukum tehadap pembajakan.Mereka mengerti cara mencari uang sudah berubah, dari menjual kepingan CDmenjadi performance business, yaitu pertunjukan yang dibiayai iklan.Dalam bahasa Chris Anderson, audience yang menerima CD gratisan itumembiayai artis menumpang pesawat jet pribadi.
Sekarang Anda mulai menyaksikan konsumenmendapat produk dan jasa-jasa secara free: membaca berita (Detiknews,Vivanews), menginap dihotel dengan tarif mendekati nol rupiah (tetapimereka mendapatkan didaerah yang ramai dan ini berarti lobi-lobi hotel danlorong-lorong kamar berpotensi menjadi media untuk beriklan), mendengar music,berkonsultasi ke dokter online, dan seterusnya.
Kita tidak bisa menganggap remeh menurunyabiaya-biaya ini menjadi nol atau mendekati nol dengan berdebat ya atau tidak.Pertanyaannya sudah tidak lagi relevan kalau sekedar bedebat bisa atau tidak.Pertanyaan yang benar hanyalah, kapan ? Kapan hal ini menjadi kenyataan dalamindustri anda masing-masing ?
Bukankah dalam hal riil economy kitasudah menyaksikan peraktik-praktik bisnis bisnis cross subsidi. Misalnyasebuah toko menjual CD mendekati nol rupiah dan mereka pasti rugi. Tetapidengan membeli CD seharga itu, mereka mendapat untung besar saat menjualproduk-produk premium sepeti elektronik atau perabotan rumah tangga ?kita jugamelihat telah terjadi zero marginal cost untuk reproduksi benda-bendadigital dan pendistribusiannya seperti pada industry music melalui jalur online.
Kalau beriklan semakin murah, reproduksidan distribusi gratis, berkomunikasi murah, informasi tersedia Cuma-Cuma,berkantor tidak harus digedung-gedung yang tarifnya mahal (karena alamat andaberada di dunia maya), display barang tak perlu sewa konter di mal, kertasnyadiganti dengan paperless, tiket dibuat online, penjualanlangsung, pemesanan barang secara online, dan seterusnya. Maka bayangkanapa jadinya wajah industri baru kita.
Ini semua menunjukan cara berbisnis tengah berubah. Semua pelaku usaha harus siapbersaing dengan harga, bunga, tarif, rate, premi, sewa, dan sebagainya,yang super rendah. Itu semua hanya bisadicapai bila anda membongkar struktur didalam menjadi semacam low costcompany, yaitu perusahaan yang strukturnya ramping (lean) dengan flowyang simple. Dan orang-orang yang bekerja non functional dihubungkansatu sama lain dengan konsep aligenment. Tanpa itu sulit rasanyamempertahankan keunggulan daya asing.




0 komentar:
Post a Comment