Di situs youtube, anda bisa menemukan ratusan video tentangbunglon yang dibuat oleh pemiliknya. Bunglon yang menjadi hewan piaraan (pets)memang amat beragam bentuk dan warnanya, tetapi mereka punya kesamaan yaitucepat berubah warna. Salah satu video yang sempat saya download dansangat saya sukai dikirm oleh seseorang pada tanggal 23 Maret 2009 dan telah diakses sekitar 2,5 juta orang di seluruh dunia.
Kepada bunglon itu diberikan kacamata berwarna ungu, makakulitnya pun berubah menjadi ungu. Demikian juga pada saat diberi kacamataplastik berwarna merah, lalu coklat, dan hijau. Ia berubah seketika.
Seperti itulah generasi C menurut Pankraz yang hari selasabulan Oktober 2010 lalu didatangkan biro riset global The Nielsen Indonesia keJakarta. Saya sempat berbincang-bincang dengan Pankraz dan mengorek keteranganmengenai hasil kajiannya di mancanegara. “Mereka cepat berubah mengikuti arusinformasi yang mereka terima.” Maka sikap mereka di siang hari bisa berubahdengan sikap di pagi hari. Mereka dibentuk oleh content dan sangat addicted(kecanduan) dengan social media. Hidupnya dari detik ke detik ada di depan jaringan social digital itu.Mereka juga menjadi citizen journalist yang menulis opinisebebas-bebasnya dan melaporkan apa saja yang dialami, dilihat dan dirasakan.
Seperti anak-anak remaja yang saya temui di sebuah salontadi, rambut merekapun cepat berubah. Anda bisa mengatakan mereka konsumtif dannarsis. Tetapi mereka bilang, “Aku emang narsis!”. Saya juga mulai seringmelihat mahasiswa, bahkan di S2 sekalipun yang warna dan potongan rambutnyadibanti-ganti setiap minggu. Kadang mereka terlihat cantik, tapi kadang sayamelihat mereka menjadi aneh, angker, galak, seperti orang yang frustasiditinggal pacar.
Kadang, kalau sedang jahil, saya pun mengganti suasana. Sayamenyebut sesi yang saya ajarkan itu sebagai “naik panggung”. “kalian buat fotodiri, ukuran besar, berwarna, tempelkan, setengah halaman di sebuah kartonbesar. Lalu beri deskrepsi tentang diri kalian di bawahnya. Tulislah apa sajayang kalian mau orang lain nilai tentang diri kalian.” Begitu instruksi saya.
Seminggu kemudian saya mengundang mereka makan di rumahsaya, dan sebelum acara makan bersama di mulai, satu persatu wajib naik keataspanggung membacakan potret dirinya. Kelas ini menjadi sangat ramai karena apayang mereka ucapkan atau inginkan tentang diri mereka ternyata berbeda denganapa yang dikatakan teman-temannya. Saya pun merekam penampilan mereka satupersatu. Dan setelah saya ajak bicara, banyak yang menutup mukanya sambiltertawa ngakak. “Oh my God!”.
Mereka bilang bosan dengan rutinitas,makanya cepatberganti-ganti. Mereka tidak mengerti bahwa kita yang melihat menjadi bingung.Tetapi mereka bilang jarang sekali orang yang memberi perhatian atau penilaian.Makanya mereka semakin tampil lebih bold, lebih jelas. Tetapi semuaorang di sekelilingnya bilang “aku tak mau peduli, itu urusanmu.” Maka makinanehlah orang-orang itu. Warna aksesoris yang di pakainya sungguh tidakmatching, tidak indah. Ketika semua orang diajak peduli satu sama lain, barulahkelihatan cermin diri mereka.
Mereka semua diajak membari komentar. Mulai dari pakaian,rambut, aksesoris, cara berpakaian, berkata-kata, sampai prilakunya.
Ternyata tidak sulit memperbaiki karakter remaja. Selepassesi naik panggung, saya segera melihat perbedaan yang mencolok. Sikap dudukyang semula terkesan semuanya juga berubah. Di tahun-tahun berikutnya kalamereka mengambil mata kuliah yang lebih advance bersama saya, saya sudahmenemukan pribadi yang lebih matang dengan sikap yang lebih altruistic. Namundemikian, kata-kata Dan Pankraz Gen C adalah chameleon tetap menggangu otaksaya. Saya khawatir bila anak-anak saya beerperilaku bunglon bak politisi yangtak jujur dan berorientasi pada kekuasaan.
Sebagai rakyat saya dibuat bingung. Mereka mengajakkitamembenci pemerintah, tetapi besoknya mereka sudah menjadi staf ahli atau stafkhusus presiden dan melawan teman-temannya yang dulu itku menyerang penguasayangsekarang menjadi atasanya. Sikap politik berubah-ubah tegantung jabatan yangdiberikan. Ada jabatan pemerintahan baik. Tak ada jabatan, pemerintah itugagal. Sungguh mengerikan. Tetapi sikap seperti ini dibentuk oleh hadirnya carakerja Gen C, yaitu Connected.
By : Prof. Rhenald Kasali, Ph.D.




0 komentar:
Post a Comment