Tuesday, 8 January 2013

Keindahan Al-Qur’an


Nilai seni dan keindahan merupakan salah satu daya tarik Al-Quran. Keindahan tersebut dapat disaksikan pada kefasihan bahasa, diskripsi, penggunaan kata kiasan, dan penyampaian alur cerita. Dengan kata lain, keindahan Al-Quran terlihat pada pesona ayat, keserasian dan irama setiap susunan kalimat, keluwesan setiap kalimat dan kejelasan pesan yang disampaikannya.
Pesona Al-Quran sudah ada semenjak awal penurunannya. Hal itu membuat orang kafir pun tidak tahan ketika mendengar bacaan Al-Quran. Sebagian dari musyrikin menutup telinga mereka supaya tidak terpengaruh bacaan Al-Quran. Meskipun demikian, pesan Al-Quran tersebar luas dalam waktu singkat. Saat ini pun, pesona Al-Quran menarik setiap hati pendengarnya, seperti diawal penurunannya.
Al-Quran adalah Kitab abadi Allah SWT yang diturunkan dari Lauh Mahfuz ke hati Rasulullah saw. Al-Quran kemudian disusun dalam bentuk susunan kalimat dan ayat serta di bukukan menjadi sebuah kitab. Ajaran-ajaran kitab samawi ini sangat dalam dan universal. Berbagai rumusan penting seperti cara hidup yang ideal, keselarasan hubungan sosial, politik dan prinsip yang benar soal kepemimpinan diilhami dari Al-Quran. Kitab ini juga banyak mengungkap undang-undang dan rumus serta teori yang menakjubkan soal penciptaan dunia. Kitab samawi ini adalah mukjizat yang abadi dan memuat sistem serta program yang sistematis untuk kebahagiaan umat manusia.
Pada tanggal 10 sampai 15 Agustus 2007 lalu, Iran menjadi tuan rumah Perlombaan Internasional Al-Quran ke 24 yang diikuti 53 peserta qari’ dan hafiz dari berbagai negara, diantaranya dari Mesir, Malaysia, Sudan, Jerman, Bosnia Herzegovina, Inggris, Albania dan Irak. Acara tersebut bertepatan dengan peringatan diutusnya Muhammad saw sebagai Nabi dan berlangsung dalam suasana penuh maknawi. Di acara pembukaan, lantunan bacaan Al-Quran oleh ustad Abd Tawab Basatini dari Mesir yang dilanjutkan pembacaan nasyid memberikan warna tersendiri acara ini.
Presiden Iran, Dr. Ahmadinejad dalam sambutannya mengatakan, “Al-Quran adalah khazanah ilmu Allah SWT, sumber hukum Tuhan, memuat nasib umat terdahulu, sekarang dan akan datang, memuat rahasia kematian dan kiamat serta terdiri dari ayat muhkam (jelas) dan mutsyabih (perlu penafsiran). Quran adalah neraca keadilan dan mempunyai dua tujuan ketika diturunkan. Tujuan pertama, upaya penyadaran dan pendidikan serta pensucian manusia dan akhirnya menunjukkan mereka jalan kesempurnaan. Tujuan kedua, membentuk masyarakat adil dalam upaya menggapai kehidupan yang bahagia. Dua tujuan ini adalah tujuan tertinggi Al-Quran atau lebih tepatnya shirat al mustaqim.”
Seraya mengisyaratkan bahwa saat ini pelaku semua kekacauan, kezaliman dan sumber penderitaan adalah orang-orang jauh yang dari Tuhan, Al-Quran dan kebenaran serta terjebak oleh perangkap syaitan, Ahmadinejad mengatakan, “Lihatlah para rezim di dunia, apakah nampak pada mereka kelembutan, kasih sayang, keadilan dan hormat pada hak-hak manusia? Sebaliknya, yang terlihat adalah aksi penghancurkan hak-hak manusia, penyelewengan, agresi dan tipu daya.” Menurut penilaiannya, penawar dari derita manusia adalah membaca, merenungkan dan mengamalkan Al-Quran. Ditambahkannya pula, pesan Al-Quran adalan universal dan obat serta petunjuk bagi semua kalangan.
Penyelenggaraan Kompetisi Internasional Al-Quran dalam skala luas dan meriah menggembirakan para undangan. Ali Syarif Hasan, peserta dari Kenya sangat bangga atas aktivitas Al-Quran di Iran. Dia berkata, “Membaca dan menghafal Al-Quran memberikan ketenangan tersendiri bagi manusia, seakan-akan dia merasa bahwa Al-Quran adalah penolong dan temannya.” Muhamad Rumrawi, seorang pengajar Al-Quran asal Indonesia menilai, penyelenggaraan perlombaan Al-Quran diberbagai negara merupakan simbol persatuan Islam. Dia berharap agar negara-negara Islam berusaha menyelenggarakan perlombaan Al-Quran, dan membangun pusat-pusat pendidikan Al-Quran khususnya di negara-negara miskin dan negara berpenduduk minoritas muslim, dalam rangka mewujudkan persatuan Islam.
Keistimewaan perlombaan kali ini pada penekanan persatuan Islam yang berporoskan Al-Quran. Lebih dari 60 makalah dari dalam dan luar negeri yang membahas seputar metode persatuan Islam diterima panitia penyelenggara acara kali ini. Abd Qadir Alizadeh, qari asal Australia dalam wawancaranya dia menilai, mengingat kondisi genting dunia Islam dan krisis yang dialami muslimin, saat ini dunia Islam tidak memiliki jalan kecuali persatuan. Para pemimpin dan pemikir Islam harus menjadi pelopor persatuan untuk mengembalikan masa gemilang Islam.
Muhamad Rahman, qari’ dan imam salat jemaah asal Banglades dan peserta di cabang Qiraat menilai hubungan dan kerjasama pemerintah Iran dan warganya dalam perlombaan kali ini sangat baik. Dia menambahkan, “Di negara lain sulit ditemukan semangat yang ditunjukkan oleh warga Iran.” Menurutnya, problematika yang dihadapi dunia Islam disebabkan kelalaian muslimin akan fasilitas yang dimilikinya seperti kekayaan, ilmu dan sumber daya manusia yang ada khususnya para pemuda. Ditambahkannya pula, dengan bersatu kita dapat mengatasi problem yang sedang kita hadapi serta membuat musuh-musuh Islam menjadi putus asa.
Imam Musa Diybati, anggota Dewan Nasional Islam dari negara Pantai Gading, salah satu tamu undangan di acara ini dalam makalahnya mengharapkan diselenggarakannya sebuah Konferensi Pendekatan antar mazhab khususnya antara Suni dan Syiah. Menurutnya, muslimin harus mencontoh musuh-musuhnya yang bersatu dan mengesampingkan segala perbedaan diantara mereka dalam usahanya untuk memerangi Islam. Surat Baqarah ayat 285 menyebut mukmin hakiki adalah yang beriman kepada Al-Quran dan kitab samawi lainnya serta nabi-nabi terdahulu. Ditambahkannya, berdasarkan ayat 125 surat An Nahl, Allah SWT memerintahkan manusia untuk berdialog dengan cara yang paling baik dan tidak boleh menghina dan merendahkan orang lain. Menurutnya, menjauhi pengkafiran antar sesama adalah dasar dialog Islami. Oleh karenanya, muslimin dalam berdialog harus memilih kata-kata dan kalimat yang tidak menimbulkan permusuhan”. Sebenarnya, titik penting dalam persatuan Islam adalah adanya hubungan harmonis, menghidupkan ajaran Rasulullah saww, dan merealisasikan pesan-pesan Al-Quran.
Ketua Dewan Majlis Islam Iran, Dr. Haddat Adel, dalam sambutannya di acara penutupan perlombaan Al-Quran mengatakan, “Al-Quran adalah penerus wujud Rasulullah saw. Sepanjang sejarah kita saksikan posisi Al-Quran di kalangan masyarakat Islam seperti posisi Nabi saww itu sendiri, dan kecintaan muslimin kepada Al-Quran sama seperti kecintaan mereka terhadap Nabi saww. Sebagaimana Nabi saww sebagai simbol persatuan di tengah-tengah muslimin, Al-Quran juga sebagai simbol dan sumber persatuan, khususnya dewasa ini, dimana musuh-musuh Islam membidik persatuan Islam karena khawatir akan kebangkitan Islam”. Menurutnya, Al-Quran adalah tali Allah dan bukti nyata dari ayat berpegang teguhlah dengan tali Allah dan janganlah bercerai berai , oleh karenanya kita harus berpegang teguh dengan Al-Quran.
Selanjutnya dia menambahkan, “Al-Quran adalah ibarat sebuah cermin yang memungkinkan kita melihat potret Islam sebenarnya. Al-Quran juga sebuah neraca untuk menghindari ekstrimisme. Asas mayarakat Islami yang ideal harus dicari di Al-Quran. Semua ide sebagimana pun adilnya, jika tidak berasaskan Al-Quran akan terjadi penyelewengan. Dan akhirnya, Al-Quran adalah pedoman hidup”.
Dalam perlombaan kali ini, Husain Fardi dari Iran merebut juara pertama di cabang qira’at , sedangkan cabang hafalan Al-Quran direbut Mustafa Jum’eh Muthawi’ dari Libiya,
“Sesungguhnya lidah adalah bagian dari tubuh dan dikendalikan oleh otak. Jika otak tidak bergolak dan aktif, lidah juga tidak akan menghasilkan apapun. Namun, jika otak terbuka lidah juga akan terbuka”. (Imam Ali bin Abi Thalib)
Salamun ‘ala manittaba al Huda
Khud al hikmah walau min lisani al kafir

0 komentar:

Post a Comment