Sayyid Quthb adalah tokoh agama, ilmuwan, sastrawan,
ahli tafsir dan intelektual Islam asal Mesir. Nama lengkapnya Sayyid
Qutb Ibrahim Husain Syadzili, lahir di Asyut, Mesir 9 Oktober 1906, anak
tertua dari lima bersaudara. Ayahnya al-Haj Qutb Ibrahim, seorang
anggota Partai Nasionalis. Beliau dibesarkan dan di didik dalam
keluarga sederhana yang memegang teguh syariat Islam. Sayyid Quthb
adalah anak yang cerdas, tekun beribadah dan memiliki semangat belajar
tinggi. Di usia remaja, Sayyid Quthb telah hafal Alqur`an serta banyak
memahami ilmu agama Islam. Di Masa Dewasa, beliau banyak menghasilkan
karya-karya besar, juga menjadi aktivis gerakan Islam Ikhwanul Muslimin
yang dipimpin Hasan –Al-Banna.
Nama Lengkap
|
Sayyid Qutb Ibrahim Husain Syadzili
|
Tanggal Lahir
|
9 Oktober 1906
|
Tempat Lahir
|
Asyut, Mesir
|
Riwayat Pendidikan
|
Pendidikan Dasar di sekolah Kuttâb (TPA) (1918)
Madrasah Tsanawiyah di Kairo ( 1921)
Diklat Keguruan (1928)
Universitas Dâr al-‘Ulûm bidang sastra dan pendidikan (1933)
Wilson’s Teacher’s College, (Washington)
Greeley College (Colorado)
Stanford University (California)
|
Aktivitas
|
Aktivis gerakan Islam Ikhwanul Muslimin
Penulis Sastra
Kritikus Sastra
Tokoh Pendidikan
|
Karya
|
Buku “Muhimmat al-Syi’r fi al-Hayâh” (1933)
Buku “Naqd Mustaqbal al-Tsaqâfah fî Misr” (1939)
Buku al-Tashwîr al-Fanni fi al-Qur`an” (1945)
Buku Masyâhid al-Qiyâmah fi al-Qur`an”.
Buku ‘al-Adalah al-Ijtima’iyyah fi al-Islam
Buku ‘Ma’rakah al-Islam wa ar-Ra’s al-Maliyyah’.
Buku “Hâdza al-Dîn”
Buku “al-Mustaqbal li Hâdza al-Dîn”,
Buku “Khashâ`is al-Tashawwur al-Islâmi wa Muqawwimâtihi’ al-Islâm wa Musykilah al-Hadhârah”
Buku “Fî Zhilal al-Qur`ân’
|
Sayyid Qutb terkenal sebagai seorang
penulis buku. Ia telah menghasilkan lebih dari dua puluh buah karya
dalam berbagai bidang diantaranya karya sastra dan buku-buku keagamaan.
Sayyid Qutb pernah berkarir sebagai pengawas pendidikan di Departemen
Pendidikan Mesir. Ia bekerja sangat professional dan berprestasi tinggi
hingga dikirim pemerintah Mesir untuk menuntut ilmu di Amerika. Ia
menuntut ilmu di tiga perguruan tinggi yaitu Wilson’s Teacher’s College (
Washington) , Greeley College (Colorado) dan Stanford University
(California). Tak cukup sampai disitu, ia juga berkelana ke Itali,
Inggris dan Swiss dan Negara Eropa lainnya untuk menimba ilmu
sebanyak-banyaknya.
Sekembalinya dari Eropa, Sayyid Qutb bergabung dengan kelompok pergerakan Ihkawanul Muslimin. Di sanalah Sayyid Qutb benar-benar mengaktualisasikan dirinya. Dengan kapasitas dan ilmunya, tak lama namanya melejit dalam organisasi pergerakan tersebut. Sayyid Qutb menjabat sebagai anggota panitia pelaksana program dan ketua lembaga dakwah. Namun tahun 1951, pemerintahan Mesir membubarkan ikhwanul muslimin akibat tekanan pihak Amerika.
Selain sebagai tokoh pergerakan , Qutb juga dikenal sebagai seorang penulis dan kritikus sastra. Banyak karyanya yang telah dibukukan. Ia banyak menulis tentang sastra, politik sampai keagamaan. Tahun 1954, Sayyid menjadi pemimpin redaksi harian Ikhwanul Muslimin. Tapi harian tersebut kemudian dilarang beredar oleh pemerintah Mesir. Penyebab utamanya adalah sikap keras, yang mengkritik keras Presiden Mesir Kolonel Gamal Abdel Naseer. Sayyid Qutb mengkritik perjanjian pemerintahan Mesir dan Inggris. Sejak itu, ia menjadi korban kekejaman kekejaman penguasa hingga pada bulan Mei 1955, Sayyid Qutb ditahan dan dipenjara dengan alasan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Tiga bulan kemudian, hukuman yang lebih berat diterimanya, yakni harus bekerja paksa di kamp-kamp penampungan selama 15 tahun lamanya.
Beliau sempat dibebaskan atas permintaan presiden Iraq Abdul Salam Arief saat berkunjung ke Mesir tahun 1964. Namun kebabasannya tidak lama, karena ia kembali dipenjara setahun kemudian berikut tiga saudaranya (Muhammad Qutb, Hamidah dan Aminah), serta 20.000 rakyat Mesir lainnya . Alasannya beliau dan Ikhwanul Muslimin dituduh membuat gerakan makar dan membunuh Presiden Naseer. Hukuman yang diterima kali ini lebih berat dari sebelumnya. Ia dan dua kawan seperjuangannya dijatuhi hukuman mati.
Meski dunia internasional mengecam pemerintah Mesir, hukuman mati tetap dilaksanakan . tanggal 29 Agustus 1969. Sebelum menghadapi ekskusinya, Sayyid Qutb sempat menuliskan tulisan sederhana, tentang pertanyaan dan pembelaannya. Kini tulisan tersebut telah dibukukan dengan judul, “Mengapa Saya Dihukum Mati”. Sebuah pertanyaan yang tak pernah bisa dijawab oleh pemerintahan Mesir hingga kini.
Sekembalinya dari Eropa, Sayyid Qutb bergabung dengan kelompok pergerakan Ihkawanul Muslimin. Di sanalah Sayyid Qutb benar-benar mengaktualisasikan dirinya. Dengan kapasitas dan ilmunya, tak lama namanya melejit dalam organisasi pergerakan tersebut. Sayyid Qutb menjabat sebagai anggota panitia pelaksana program dan ketua lembaga dakwah. Namun tahun 1951, pemerintahan Mesir membubarkan ikhwanul muslimin akibat tekanan pihak Amerika.
Selain sebagai tokoh pergerakan , Qutb juga dikenal sebagai seorang penulis dan kritikus sastra. Banyak karyanya yang telah dibukukan. Ia banyak menulis tentang sastra, politik sampai keagamaan. Tahun 1954, Sayyid menjadi pemimpin redaksi harian Ikhwanul Muslimin. Tapi harian tersebut kemudian dilarang beredar oleh pemerintah Mesir. Penyebab utamanya adalah sikap keras, yang mengkritik keras Presiden Mesir Kolonel Gamal Abdel Naseer. Sayyid Qutb mengkritik perjanjian pemerintahan Mesir dan Inggris. Sejak itu, ia menjadi korban kekejaman kekejaman penguasa hingga pada bulan Mei 1955, Sayyid Qutb ditahan dan dipenjara dengan alasan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Tiga bulan kemudian, hukuman yang lebih berat diterimanya, yakni harus bekerja paksa di kamp-kamp penampungan selama 15 tahun lamanya.
Beliau sempat dibebaskan atas permintaan presiden Iraq Abdul Salam Arief saat berkunjung ke Mesir tahun 1964. Namun kebabasannya tidak lama, karena ia kembali dipenjara setahun kemudian berikut tiga saudaranya (Muhammad Qutb, Hamidah dan Aminah), serta 20.000 rakyat Mesir lainnya . Alasannya beliau dan Ikhwanul Muslimin dituduh membuat gerakan makar dan membunuh Presiden Naseer. Hukuman yang diterima kali ini lebih berat dari sebelumnya. Ia dan dua kawan seperjuangannya dijatuhi hukuman mati.
Meski dunia internasional mengecam pemerintah Mesir, hukuman mati tetap dilaksanakan . tanggal 29 Agustus 1969. Sebelum menghadapi ekskusinya, Sayyid Qutb sempat menuliskan tulisan sederhana, tentang pertanyaan dan pembelaannya. Kini tulisan tersebut telah dibukukan dengan judul, “Mengapa Saya Dihukum Mati”. Sebuah pertanyaan yang tak pernah bisa dijawab oleh pemerintahan Mesir hingga kini.
0 komentar:
Post a Comment